Sabtu, 16 Januari 2010

ngajakin orang sholat

A : B,.. sholat yuk,..
B : Eh, ngajakin orang sholat dosa tau,..
A : Dosa? koq dosa? Emang kenapa?
B : Lagian,.. orang lagi sholat diajakin,..

A bengong saja.

Vaksin Meningitis Meningokokus

Vaksin Meningitis Meningokokus Tetravalen bagi Jemaah Haji Indonesia
MULJADI PRIJANTO* DAN YUSHARMEN**
*Puslitbang Pemberantasan Penyakit, Badan Litbangkes.,Depkes RI
** Dit EPIM dan Kesma, Dirjen P2M & PLP, Depkes RI
Pendahuluan
Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria meningitidis, yang terdiri dari banyak serogrup dan yang sering menyebabkan penyakit adalah serogrup A, B ,C, Y, dan W-135. Gejala klinis penyakit ini adalah demam (panas tinggi) mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, kaku kuduk, ketahanan fisik melemah, dan kemerahan di kulit. Pada keadaan lanjut, kesadaran menurun sampai koma serta terjadi perdarahan echymosis.
Berkumpulnya populasi yang besar seperti jemaah haji dari berbagai negara di Arab Saudi, dapat merupakan penyebaran kuman dan penyakit , sehingga pemberian vaksinasi merupakan upaya yang penting dalam memberikan perlindungan kesehatan jemaah haji. Saat ini, pada semua jemaah haji diberikan imunisasi meningitis meningokokus sebelum berangkat ke Arab Saudi. Vaksin meningitis yang digunakan adalah vaksin bivalen yang terbuat dari kuman N. meningitidis serogrup A dan C.
Bila ditemukan jemaah haji menderita atau diduga menderita meningitis di Rumah Sakit Arab Saudi, maka semua orang kontak penderita dalam kloter diberi kemoprofilaksis untuk mencegah terjadinya penularan. Mulai 1994, telah dilakukan pemeriksaan usap nasofaring terhadap orang kontak dari kloter yang di dalamnya terdapat penderita meningitis meningokokus setiba di Indonesia, untuk mengcegah masuknya kuman penyebab meningitis ke Indonesia. Hasil pengamatan selama 2 tahun terakhir di Indonesia dan beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan kasus yang disebabkan oleh serogrup W-135 .
Makalah ini akan membahas mengenai vaksin meningitis meningokokus tetravalen (quadrivalen) hasil pengamatan meningitis meningokokus pada jemaah haji di Indonesia dan negara lain, dan perlunya penggunaan vaksin tetravalen.
Vaksin Meningitis Meningokokus Tetravalen
Berbagai usaha untuk membuat vaksin meningitis meningokokus telah dilakukan. Mula-mula digunakan vaksin yang terbuat dari seluruh bakteri yang dimatikan, kemudian dibuat dari toksin yang dilarutkan, dan yang terakhir dibuat dari polisakarida (PS) dan membran protein bagian luar (outer membran protein, OMP ) dari bakteri yang digunakan saat ini.
Vaksin bersifat sel T independen dan mengandung polisakarida dari masing-masing serogrup kuman. Vaksin yang tersedia di pasaran saat ini adalah vaksin meningitis meningokokus A,C (bivalen) dan vaksin tetravalen yang terbuat dari kuman serogrup A, C, Y, dan W-135. Vaksin meningitis meningokokus grup B sampai saat ini belum tersedia.
Penambahan grup Y dan W-135 terjadi karena 20% dari kasus meningitis meningokokus disebabkan oleh serogrup tersebut.
Vaksin tetravalen yang ada saat ini mengandung 50 ug polisakarida dari masing-masing serogrup A, C, Y, dan W-135 serta diberikan melalui suntikan subkutan. Di Amerika, vaksin ini mendapat lisensi pada 1981. Selain itu, vaksin serupa dibuat di Belgia dan Perancis.
Imunogenisitas terhadap polisakarida serogrup Y dan W-135 telah dievaluasi pada orang dewasa dan anak-anak, serta diketahui dapat sebanding dengan polisakarida serogrup A dan C. Keamanan dari vaksin tetravalen terbukti tidak berbeda dengan vaksin bivalen.
Vaksin ini meningkatkan titer antibodi bakterisidal 4 kali pada orang dewasa, 3--4 minggu setelah imunisasi.
Lebih dari 90% orang dewasa memberikan respons terhadap imunisasi dengan kenaikan titer antibodi bakterisidal 4 kali atau lebih. Titer antibodi bakterisidal terhadap polisakarida Y dan W-135 naik dari kurang dari 4 kali sampai mencapai kira-kira 512 kali1.
Efikasi vaksin bivalen maupun tetravalen telah diuji di lapangan. Vaksin polisakarida dapat menginduksi kekebalan dan melindungi penyakit, tetapi pada anak-anak tergantung pada umur dan bervariasi menurut serogrupnya. Vaksin memberikan perlindungan jangka pendek, yaitu selama 3 tahun.
Penggunaan Vaksin
Di Amerika, vaksinasi hanya disarankan untuk mengotrol wabah. Vaksinasi rutin hanya dianjurkan untuk orang yang akan bepergian ke negara yang dikenal sebagai daerah epidemi atau endemis meningitis meningokokus, seperti Nepal, Arab Saudi, Kenya, dan daerah lingkar meningitis di Sub sahara Afrika.
Bila serogrup A, C, Y, W-135 diidentifikasi sebagai penyebab penyakit, di beberapa negara dianjurkan pemberian vaksinasi segera dengan vaksin bivalen atau tetravalen untuk kontak dekat penderita, dan diberikan pada umur di atas 3 bulan2.
Serogrup Kuman Meningitis yang Diisolasi dari Jemaah Haji Penderita dan Orang Kontak
Pada 1996, dalam melakukan pengamatan penyakit meningitis meningokokus, di Indonesia telah diadakan pelatihan bagi petugas laboratorium daerah. Pelatihan dilakukan di Badan Litbangkes bersama-sama dengan Puslabkes dan Ditjen P2M PLP. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan di embarkasi/debarkasi haji masing-masing di mana terdapat penderita3.
Hasil pemeriksaan kuman pada tabel 1 menunjukkan bahwa sejak 1996 serogrup kuman yang diisolasi dari orang kontak penderita dalam kloter, meliputi semua serogrup kecuali serogrup Y.
Pada 2000, pada sampel acak dari kloter yang di dalamnya terdapat penderita meningitis, baik yang diisolasi dari pusat maupun yang berasal dari propinsi Jateng, ditemukan 10 orang pengidap (carrier) serogrup W-135. Jumlah jemaah haji Indonesia penderita meningitis pada 2000 sebanyak 14 orang. Enam orang di antaranya meninggal di Arab Saudi dengan penyebab kematian yang diduga disebabkan meningitis meningokokus serogrup W-135. Selain itu, dua orang lainnya meninggal di Indonesia tanpa sempat dilakukan pemeriksaan kuman.
Tabel 2 menunjukkan jumlah kasus meningitis meningokokus pada jemaah haji dan orang kontaknya yang dilaporkan dari berbagai negara. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penyebab penyakit yang terbanyak adalah serogrup W-1354.
Hasil usap nasofaring 100 orang jemaah haji dari 2 kloter embarkasi Jakarta yang diambil secara acak dan diperiksa di Puslitbang Pemberantasan Penyakit yang dilakukan pada 2001, menemukan 12 orang pengidap serogrup W-135 (Tabel 1). N. meningitidis serogrup W-135 merupakan isolat yang banyak ditemukan pada pengidap jemaah haji Indonesia selama 2 tahun berturur-turut, sedangkan serogrup B tidak ditemukan.
Pada 2001, terdapat 18 orang penderita dan 6 orang jemaah haji Indonesia meninggal di Arab Saudi. Dua di antaranya disebabkan oleh serogrup W-135 (WHO). Tabel 35. Pada 2000 dan 2001, telah terjadi peningkatan jumlah penderita yang disebabkan oleh serogrup W-135 di berbagai negara, termasuk Indonesia. Selama ini, beberapa negara masih menggunakan vaksin bivalen yang tidak mengandung kuman W-135.
Pertimbangan dalam Menentukan Penggunaan Vaksin Tetravalen
Sampai saat ini, Indonesia masih melakukan imunisasi meningitis meningokokus menggunakan vaksin bivalen yang mengandung kuman N. meningitidis serogrup A dan C. Meningkatnya jumlah penderita meningitis yang disebabkan oleh serogrup W-135 telah mendorong perlunya penggunaan vaksin meningitis meningokokus tetravalen. Berbagai pertimbangan yang mendasari penggunaan vaksin tetravalen untuk jemaah haji Indonesia adalah:
• Beberapa tahun terakhir ada kecenderungan meningkatnya kasus meningitis meningokokus serogrup W-135 pada jemaah haji di Indonesia dan beberapa negara lain.
• Terjadinya siklus epidemik di daerah meningitis belt Afrika.
• Banyaknya penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke negara Timur Tengah, yang terdiri dari jemaah haji 205.000/ tahun, umroh 80.000/tahun , dan tenaga kerja sebanyak 120.000/ tahun. Selain itu, cakupan vaksinasi terutama pada jemaah umroh dan TKI masih rendah, sehingga masih perlu ditingkatkan.
• Kementrian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi, dalam rangka mencegah penyakit meningitis meningokokus, telah mengharuskan negara-negara yang mengirimkan jemaah haji untuk memberikan vaksinasi meningitis meningokokus tetravalen pada 2002 sebagai syarat pokok dalam pemberian visa haji dan umroh.
Berbagai upaya lain telah dilakukan, yaitu evaluasi nasional haji, pembahasan, dan melakukan review terhadap produk vaksin tetravalen. Akhirnya, keputusan pemerintah mengenai kebijakan penggunaan vaksin meningitis meningokokus tetrvalen pada jemaah haji dan umroh Indonesia dilaksanakan mulai 2002.
Kesimpulan
Saat ini, jemaah haji dan umroh Indonesia mendapat vaksinasi meningitis meningokokus bivalen yang mengandung serogrup A dan C. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah kasus dan pengidap meningitis meningokokus yang disebabkan oleh kuman serogrup W-135 pada jemaah haji Indonesia dan berbagai negara lain. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin meningitis meningokokus tetravalen yang mengandung kuman serogrup A, C, Y dan W-135. Berbagai pertimbangan lain telah mendasari penggunaan vaksin meningitis meningokokus tetravalen bagi jemaah haji dan umroh Indonesia pada 2002.
Daftar Pustaka
1. Frasch C E. Meningococcal Vaccines. Past, Present and Future. Meningococcal Diasease. Edited by Keith Cartwright. John Wiley and Sons Ltd.1995; 245-263.
2. WHO. Control of epidemic Meningococcal disease. WHO Practical Guidelines.1995. 47-48.
3. Muljati Prijanto. Hasil pemeriksaan usap nasofaring dari jemaah haji dan vaksin meningitis meningokokus tetravalen. Disampaikan pada evaluasi penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2001. Bandung 30 April-3 Mei 2001; 1-7.
4. WHO. Meningococcal disease, serogroup W135-update. http://www.who.int/disease-outbreak.news/n2000/may/12may2000.html
5. WHO. Meningococcal disease, serogroup W135 - Update 2. http://www.who.int/disease-outbreak.news/n2001/22 June2001.

Sedikit tentang granulasi kering

Granulasi Kering
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :

a. Mesin Slug
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
b. Mesin Rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.

Prinsip Granulasi Kering
Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan antara partikel-partikel dengan pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul antar partikel-partikel tergantung dari sifat serbuk serta campuran. Sifat ikatan bermacam-macam, yaitu :
1. Ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam campuran ada serat-serat, misalnya selulosa.
2. Ikatan yang terjadi karena gaya molekular.
3. Gaya pengikat dari pengikat kering.
4. Melalui pancairan yang kemudian membeku kembali.

Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
1. Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan akan proses validasi.
2. Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat.
3. Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya.
4. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab.
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
1. Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
2. Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.
3. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat.
5. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai.
Proses Pelaksanaan
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c) Slugging
Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
d) Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill.
e) Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya.
f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya.
g) Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah pengempaan massa cetak berupa granul menjadi tablet.

Sedikit tentang obat suntik

Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan unutk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat suntuikkan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan.
Obat –obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh termasuk sendi (intaarticular), ruang cairan sendi (intrasynovial), tulang punggung (intraspinal) ke dalam cairan spinal(intrathecal), arteri (intraarterial), dan dalam keadaan gawat bahkan ke dalam jantung (intracardiac). Tetapi yang paling umum obat suntik dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam vena (intravena), ke dalm otot (intramuskular), ke dalam kulit (intradermal) atau di bawah kulit (subkutan).
Pelatut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk obat suntik (water for injection, USP). Air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi standar yang sama dengan Purified Water, USPdalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidal lebih dari 1 mg per 100 mL Water for Injection, USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan yang akan disterilkan sesudah dibuat.air untuk obat suntik harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik dimaksudkan untuk digunakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.
Steril Water for Injection,USP adalah air untuk obat suntik yang telah disterilkan dan dikemas dalam wadah-wadah dosis tunggal yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter.seperti air untuk obat suntik,harus bebas pirogen dan tidak boleh mengandung zat antimikroba atau zat tambahan lain. Air ini boleh menagndung sedikit lebih banyak zat pada total daripada air untuk obat suntik karena terjadinya pengikisan zat padat dari lapisan gelas tangki selama proses sterilisasi. Air ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pelarut, pembawa atau pengencer obat suntikyang telah disteril dan dikemas.dalam penggunaannya, air ditambahkan secara aseptis ke dalam vial obat untuk membentuk obat suntik yang diinginkan.
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan-sediaan farmasi berarti, penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya atau penghilangan secara lengkap mikroba dari sediaan. Lima metode yang umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi:
1. Sterilisasi uap ( lembap panas)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilisasi pada sediaan farmasi sangat ditentukan oleh sifat sediaan dan zat aktif yang dikandungnya.walau demikian, apapun cara ayng digunakan, produk yang dihasilkan harus memenuhi tes sterilisasi sebagai bukti dari keefektifan cara, peralatan dan petugas.
Andaikan Dakwah bisa tegak dengan seorang diri,
Tak perlu Musa mengajak Harun
Tak perlu pula Rosululloh mengajak Abu Bakar untuk menemaninya hijrah.

Meskipun pengemban da'wah itu seorang alim, faqih dan memiliki azzam yang kuat
tetap saja ia hanya seorang manusia
lemah dan akan selalu membutuhkan saudaranya
meskipun saudaranya itu memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan.


Sayangilah saudaramu dan jangan kau siakan,
karena ia sangat mahal harganya
dan mngkin ialah ytang selalu mendoakanmudalam setiap langkahmu.

Ada hari baru

Yaa Allah,..
Engkau memang baik
Aku yang banyak dosa ini,
Selalu engkau maafkan

Yaa Allah,..
Engkau memang sangat baik
Walaupun aku banyak bermaksiat
Tetapi
Engkau Selalu mengampuni

Ada hari baru
maka ada dosa baru
seiring bertambahnya hari
bertambah pula dosa-dosaku

Tetapi hidup tidak boleh tetap begini
Harus ada perbaikan diri

Yaa Allah,..
Bantulah aku wujudkan harapanku
Aku ingin berubah
Menjadi diri yang jauh lebih baik di tahun depan
Muharram 1431 H

Ada hari baru
maka ada pahala baru
seiring bertambahnya hari
semoga bertambah pula koleksi pahalaku

Yaa Allah,..
Hanya kepadamu aku meminta.
Bimbinglah jalanku,
dan ridhoilah tiap langkahku
Aamiin,..

Mum,.. I love you

“Mum,.. I Love You,..”


Syukurku takkan habis
walau ia
tak secantik dulu lagi
Pujianku tak pernah menipis
meski kini
usianya telah senja

Keadaan setengah baya
tak membuatnya berubah
senyum tulus itu
kasih sayangnya
peluk hangatnya
masih ada
tetap terjaga
persembahan terbaik untuk buah hatinya

Aku bangga menjadi anaknya

Di hari ibu yang ke-sekian kali
ku langkahkan kaki
penuh percaya diri
dengan selembar kartu ucapan
dan hanya sebuah kado mungil di tangan
ku katakan padanya
”Mum,.. I Love You,..
Thanks for being my mother,..”
seperti biasa
ia tersenyum manis
dan memelukku
hangat,..
dan penuh cinta

my lovely papa

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.. akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja..... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak
boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...dan setelah perasaan khawatir itu berlarut- larut... ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. ..
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan
bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa
pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita.... Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat... Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !

Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita... tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya ;)

Yes I love you so much, Pa. ..

Laporan granulasi basah tablet Antalgin

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Teori Dasar Tablet

a. Definisi Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.

Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten


C. KOMPONEN TABLET
1. ZAT AKTIF
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
1. Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
2. Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik setelah terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar untuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.

2. ZAT TAMBAHAN
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
1. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet. Contoh, interaksi basa atau garam – garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
2. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
- Acasia 2 – 5 %
- Derivat selulosa 1 – 5 %
- Sukrosa 2 – 25 %
b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
- Derivat selulosa 1 – 5 %
- Gelatin 1 – 5 %
- Pasta amylum 1 – 5 %
- Natrium Alginat 2 – 5 %
3. Bahan penghancur, zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
- jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
- Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
- Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa
- Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat
- Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao
- Penghancur akan melarut, contohnya : PEG
- Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya : penghancur dalam memecah granul menjadi partikel.
- Bersama dengan pelincir, penghancur luar untuk memecah tablet menjadi granul.
tidant memberikan Zat pewarna
Zat warna adalah zat inert secara farmakologi ditambahkan kedalam kedalam massa tablet dalam jumlah kecil untuk tujuan :
1. Memberikan identitas atau untuk membedakan produk yang satu dengan yang lainya.
2. Mengurangi terjadinya kesalahan pada waktu pembuatan.
3. meningkatkan nilai estetika, memperindah atau meningkatkan harga pasar.
Zat yang digunakan adalah zat warna yang diperbolehkan oleh perMenkes dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Zat warna larut dalam air, pewarna dapat bermigrasi kepermukaan tablet.
2. Lakes, campuran pewarna tak larut air yang diadsorbsikan pada suatu zat, misalnya Aluminium Hidroksida.
6. Bahan pemanis dan pewangi ( penambah rasa atau aroma)
Zat inert secara faarmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet dalam jumlah kecil yang bertujuaan memperbaiki rasa atau bau tablet, zat pemanis biasanya adalah gula buatan yang ditambahkan kedalam formula tablet effervescent. Cara penambahanya dapat ditambahkan dalam bentuk granul semprot kering atau sebagai minyak atsiri. Biasanya ditambahkan terakhir bersama – sama fasa luar. Zat pengaroma kering lebih mudah ditangani dari pada minyak atsirinya. Penggunaan penambah aroma atau rasa umumnya berpasangan misalnya aroma jeruk dan rasa asam, dan sekaligus ditambahkan warna kuning.
7. Bahan penyerap ( Adsorben )
Adsorben adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet yang bertujuan mengadsorpsi cairan yang ada atau yang akan terjadi dalam massa tablet. Bahan penyerap banyak digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan berapa banyak kandungan cairan dalam bahan yang akan dikurangi pengaruh cairanya.
Penambahan adsorben dapat ditambahkan sebagai fasa luar. Jika akan terjadi campuran yang menyebabkan cairan, maka sebaiknya ditambahkan adsorben fasa luar dan fasa dalam. Contohnya adsorben : golongan silika gel seperti aerosil, kaolin, veegum, dan lain-lain.

Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah (menurut Farmakope Indonesia) :
1. Tidak boleh berbahaya dalam jumlah yang digunakan
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati
4. Tidak mengurangi efek terapi
5. Tidak mengurangi keamanan sediaan
6. Tidak boleh menggangu dalam pengujian dan penetapan kadar.


c. Metode Pembuatan Tablet
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian untuk pembuatan tablet.
Metode granulasi basah 1 :
1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tahan panas
4. jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah basah 1 ;
1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing
3. Pencampuran padat
4. Pembuatan larutan pengikat.
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam larutan pengikat
6. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 – 12.
7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak mesh 14 – 20 dalam mesin granulation uji inproces control
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan mencampur granul dengan fasa luar / Lubrikasi
10. Pengempaan

Metode granulasi basah 2 :
1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan
Tahap granulasi basah 2 :
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing ( miling )
3. Pencampuran zat padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi denga mesh 6 – 12
6. Pengeringan tidak mnggunakan lemari penjang
7. Granulasi dengan menggunakan mesh 14 – 20
8. Menyiapkan massa kempa dengan mencampur granul dengan fasa luar | Lubrikasi
9. Pengempaan

Metoda granulasi kering :
1. Jika bahan tidak tahan panas
2. Jika bahan tidak tahan cairan
3. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik
Tahapan granulasi kering
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
3. Campur semua zat aktif dan zat tambahan ( Pencampuran 1)
4. Kempa
5. Granulasi mesh 14 – 20
6. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar (pencampuran 2)
7. Pengempaan

Metoda cetak langsung
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan ( mixing )
2. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan
3. Campurkan zat aktif dan zat tambahan
4. Pengempaan

d. Jenis- Jenis Tablet
Jenis tablet berdasarkan cara penggunaanya :
1. Tablet triturate, tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silindris, dibuat dengan cetakan MTT atau dibuat dengan kompresi CTT dan biasanya sejumlah kecil obat keras di industri tablet ini dibuat secara kompresi dengan skala kecil dengan cara mencetak karena lebih mudah dan lebih murah di banding tablet yang dibuat secara kompresi.
2. Tablet hipodermik, tablet yang penggunaanya dengan menyuntikkan kedalam jaringan, cara penggunaannya dengan cara melarutkan tablet kemudian baru disuntikkan kepada pasien.
3. Tablet bukal dan sublingual, yaitu tablet yang disisipkan dibawah lidah biasanya berbentuk datar.
4. Tablet effervesescent, yaitu tablet yang melarut sempurna dalam air, dibuat dengan menggempa atau mencetak mengandung zat tambahan berupa campuran asam dan basa yang apabila dicelupkan dalam air akan mengeluarkan gas karbondioksida.
5. tablet kunyah, yaitu mudah hancur ketika dikunyah biasanya mengandung mannitol yang berasa dan berwarna khusus.
6. tablet vaginal, tablet yang dimasukkan kedalam vagina untuk pengobatan lokal.
7. Tablet implantasi, yaitu tablet steril yang diberikan atau diletakkan dibaawah kulit.

e. Masalah dalam Pembuatan Tablet
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembuatan tablet :
1. Capping dan lamination yaitu tablet terpisah sebagian atau seluruhya atas dan bawah. Penyebabnya adalah terlalu banyak tekanan saat pencetakan, udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines dan pemasangan punch dan die yang tidak pas.
2. Sticking, picking dan filming yaitu tablet lengket di permukaan punch dan dinding die sehingga menyebabkan tablet gumpil dan bersisi kasar. Penyebabnya pengeringan kurang/terlalu lembab, lubrikan kurang, terdapat komponen bertitik leleh rendah seperti asam stearat dan PEG, permukaan punch dan die kotor dan kasar.
3. Chipping dan Cracking yaitu pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena tekanan yang besar.
4. Binding yaitu kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
5. Mottling yaitu distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat warna yang tidak seragam.

f. Pemeriksaan dan Uji Granul
1. Uji Sudut Henti
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d). Kemudian dihitung sudut hentinya dengan menggunakan rumus :

Setelah diperoleh sudut henti (α –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sudut henti sebagai berikut :
Sudut yang terbentuk Keterangan
< 25 o Sangat baik
25 o – 30 o Baik
30 o – 40 o Cukup baik
< 1,6 o Sangat buruk
2. Uji Sifat aliran
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong dicatat sebagai t. Kemudian dihitung sifat alirnya dengan menggunakan rumus :

Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Sifat alir Keterangan
> 10 Sangat baik
4 – 10 Baik
1,6 – 4 Sukar
< 1,6 Sangat sukar


4. Uji Kompresibilitas

Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat sebagai (Do), kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df). Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :



Do = tap density (volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (volume granul setelah dimampatkan)
Setelah diperoleh sifat alir granul (V–nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Hasil uji kompresibilitas Keterangan
5 – 12 Sangat baik
13 – 18 Baik
19 – 33 cukup
34 – 38 Buruk
> 38 Sangat buruk
4. Uji kadar air
Susut pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk granul tablet adalah 2 – 5 %.

g. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar, permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama 4 menit. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%. Nilai friabilitas diperoleh dengan menggunakan rumus :



f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu. Persyaratan Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)
2 tablet (A) 1 tablet (B)
2 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.













BAB II
PRAFORMULASI

2.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif
a. Sifat Kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron
Rumus bangun :





Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O
BM : 351,37
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0%

b. Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dakm air, 1:30 dalam alchohol ,sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari cahaya matahari
Titik leleh :

c. Sifat farmakologis :
Indikasi : Nyeri akut hebat setelah pembedahan atau luka,nyeri karena tumor atau kolik,Nyeri hebat akut atau kronik jika anlagesik lain tidak menolong,demam tinggi bila anti piretik lain tidak bisa menolong.

Kontra Indikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten, defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu terkir, bayi.
Efek Samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam, reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis, panistopenia, dan netrosis.
Perhatian : pengobatan harus segera bila timbul gejala pertama turunya jumlah sel darah merah atau granulositopenia sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain, hati-hati pada penederita berpenyakit darah..
Interaksi Obat :
- Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida.
- Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
- Toksisitas salisilat meningkat bial diberikan secara bersamaan
- Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan obat antihipertensi
Mekanisme Kerja :
Dosis Lazim : -

2.2 Rancangan Formulasi
Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering
Pengisi : Laktosa
Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum
Penghancur luar : Amylum kering

2.3 Alasan Pemilihan Bahan
1. Avicel pH 102 sebagai pengikat
Pemilihan Avicel pH 102 sebagai pengikat dikarenakan Avicel pH 102 merupakan pengikat yang kuat pada konsentrsi 1 - 5%. Pengikat yang baik akan mengasilkan daya tarik-menarik antara partikel dengan baik. Selain itu alasan pemilihan amylum sebagai pengikat adalah karena Avicel pH 102 mudah didapatkan.
2. Amylum kering sebagai penghancur dalam dan penghancur luar
Pemilihan amylum kering sebagai penghancur dalam adalah karena amylum merupakan penghancur luar yang umum digunakan. Biasa digunakan dengan dengan konsentrasi 3-15 %. Penggunaan amylum sebagai penghancur harus dikombinasikan dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan tablet yang dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi.
3. Laktosa sebagai pengisi
Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang dihasikan berasa manis karena bahan aktif (Furosemid) yang hampir tidak berasa dengan demikian akan lebih mudah untuk diterima oleh pasien. Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 65-85 %.
4. Mg stearat sebagai lubrikan
Pemilihan Mg starat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan bahan lain karena Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai lubrikan konsentrasinya 0,5-5 % tapi apabila dikombinasikan maka kombinasinya tidak bleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob.
5. Talkum sebagai glidant
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang baik dan dapat kombinasikan dengan Mg stearat untuk memperbaiki sifat aliran dari granul. Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-10 %. Talkum merupakan glidan yang baik tapi kurang baik sebagai anti adheren.
BAB III
FORMULASI TABLET

3.1 Formulasi

Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering / Amprotab
Pengisi : Laktosa
Penghancur luar : Amylum kering
Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum

3.2 Metode Pembuatan Tablet
a. Bahan dan Alat
Bahan :
- Antalgin
- Avicel pH 102
- Amylum kering / Amprotab
- Laktosa
- Talk
- Mg stearat
- Aquades
Alat :
- Beaker glass - Alat uji friabilitas
- Baskom plastic - Kantong plastik
- Sendok - Alat Moisture Balance
- Ayakan - Mesin pencetak tablet
- Timbangan analitik - Oven
- Gelas ukur - Penggaris
- Alat uji waktu hancur disintegrator - Corong

b. Tahapan pembuatan granul dan tablet metode granulasi basah
1. Penimbangan
2. Penghalusan
3. Pencampuran fase padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi (Mesh 16)
6. Pengeringan
7. Granulasi (Mesh 18)
8. Pencampuran/ lubrikasi
9. Pengempaan / pencetakan

c. Cara Pembuatan dan perhitungan tablet dengan Metode Granulasi basah

Formulasi
Dibuat tablet Antalgin dengan bobot 700 mg/tablet
R/ Antalgin 500 mg
Amprotab 5% Fase Dalam = 92% x 700mg
Avicel pH 102 5% = 644 mg
Laktosa qs
Mg Stearat 1%
Talc 2% Fase Luar = 8%
Amprotab 5%

Perhitungan
Antalgin 500 mg
Amprotab = 5% x 700mg = 35 mg
Avicel pH 102 = 5% x 700mg = 35 mg+
570 mg
Laktosa = 570 mg – 644 mg = 74 mg



Penimbangan
Pada praktikum ini terjadi perubahan metode dari granulasi kering menjadi granulasi basah. Hal ini disebabkan karena pada proses sluging granul tidak dapat dikempa sama sekali.
Fase dalam (FD):
Antalgin = 500 mg x 250 tablet = 125 g
Amprotab = 35 mg x 250 tablet = 8,75 g
Avicel pH 102 = 35 mg x 250 tablet = 18,5 g
Laktosa = 74 mg x 250 tablet = 18,5 g
Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg

Fase luar (FL)
Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg
Amprotab = 5% x 700mg x 250 tablet = 8750 mg = 8,75 g

Metode Pembuatan :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila perlu digerus, maka gerus terlebih dahulu sebelum ditimbang.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
3. Campurkan seluruh fase dalam (antalgin, avicel pH 102, amylum kering, dan laktosa) kecuali lubrikan (mg stearat dan talc) dalam kantong plastik yang sesuai selama ± 5 – 10 menit (M1)
4. Masukkan lubrikan FD ke dalam M1. aduk hingga homogen selama ± 2–5 menit
5. Kempa massa M1 dengan mesin sluging atau mesin cetak tablet. Pada proses ini slug tidak dapat dibentuk sama sekali sehingga dengan anjuran dosen kami berubah proses dari granulasi kering menjadi granulasi basah.
6. Seluruh M1 lalu ditampung ke dalam baskom. Ke dalam campuran M1, kami memasukkan seluruh FL ke dalam M1 lalu mengaduknya hingga homogen (M2).
7. Ke dalam M2 dipercikkan aquadest qs sampai terbentuk massa yang dapat dikepal dan dipatahkan.
8. Oven granul pada suhu 40o – 60o C selama 1 hari 1 malam. Lalu keesokan harinya campuran dikeluarkan dari oven.
9. Ayak massa tersebut dengan ayakan 18 mesh hingga terbentuk granul.
10. Lakukan evaluasi terhadap granul.
11. Cetak granul hingga terbentuk tablet.
12. Lakukan Evaluasi bterhadap tablet.



















BAB IV
EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET

4.1 Evaluasi Granul
a. Kadar Air
Diukur dengan alat moisture balance.
% Kadar`air = 1,35 % → kadar air yang baik adalah 2 - 5 %.
Kadar air kurang memenuhi syarat.
b. Sudut Henti (α)
Diukur dengan menggunakan alat statif dan corong pisah.
h (tinggi) = 4,2 cm
D (diameter) = 13,9 cm
tg α = 2 h = 2 x 4,2 = 03
D 13,9
α(sudut henti)= 21,8° → sangat baik (< 25°)
c. Sifat Alir (gram/detik)
Laju alir = berat granul= 131 gram = 5,458 gram/detik → baik : 4-10g/detik
waktu mengalir 24 detik
d. Kompresibilitas
Do (tap density) = 20,7
Df (bulk density) = 17
Kompresibilitas = 20,7 – 17 x 100 % = 17, 87 % → baik : 13-18 %
20,7

4.2 Evaluasi Tablet
a. Penampilan (appearance)
-. Bentuk : Tablet bundar
-. Warna : Putih kekuningan
-. Permukaan : Rata dan licin
-. Cetakan : Garis tengah patah

b. Uji Keseragaman Ukuran
Pada uji ini dilakukan uj terhadap Diameter dan Ketebalan Tablet. Pada saat praktikum tablet yang dihasilkan memenuhi standard keseragaman ukuran FI. Karena pada uji terhadap 20 tablet tidak ditemukan adanya diameter tablet yang melebihi 3 kali tebal tablet.
c. Keregasan (Friability)
W1 (berat tablet awal) = 9 gram
W2 (berat tablet akhir) = 7 gram
Friabilitas = [ (W1 – W2)/W1 ] x 100 %
= 9 gram – 7 gram x 100 %
9 gram
= 22,22 %
Keterangan : tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas. Karena kerapuhan tablet > 1%.
d. Keseragaman Bobot
Tablet Bobot
(gram) Penyimpangan Tablet Bobot
(gram) Penyimpangan
1 0,48 1, 47 % 11 0,45 4,86 %
2 0,47 0,63 % 12 0,48 1, 47 %
3 0,46 2,75 % 13 0,48 1, 47 %
4 0,49 3,59 % 14 0,49 3,59 %
5 0,48 1, 47 % 15 0,47 0,63 %
6 0,42 11,20 % 16 0,47 0,63 %
7 0,47 0,63 % 17 0,47 0,63 %
8 0,47 0,63 % 18 0,48 1, 47 %
9 0,48 1, 47 % 19 0,48 1, 47 %
10 0,49 3,59 % 20 0,48 1, 47 %
Bobot rata-rata = 0,473 gram
Keterangan : Tablet yang dihasilkan memenuhi standar keragaman bobot FI 3 untuk tablet dengan bobot >300 mg yaitu tidak boleh 2 tablet bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari 5% dan 1 tablet tidak boleh yang bobotnya menyimpang ≥ 10 %. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tablet yang penyimpangannya lebih dari 5 % dan hanya ada 1 tablet yang penyimpangannnya lebih dari 10 %,
d. Uji Waktu Hancur
Hasil pengukuran waktu hancur tablet dengan alat uji disintegrator memenuhi standard FI 3 yaitu ke-6 buah tablet waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit, yaitu 1,1 menit.




























BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan tablet ini menggunakan bahan-bahan :
Zat aktif : Antalgin
Zat tambahan: a. Bahan Penghancur dalam : Amylum kering
b. Bahan Pengikat : Acivel
c. Bahan Pengisi : Laktosa
d. Bahan Penghancur luar : Amylum kering
e. Lubrikan : Mg stearat
f. Glidan : Talk
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Dimana zat aktif dan zat tambahan dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa yang basah melalui ayakan mesh 16 kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40 – 500C. Massa granul yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh 18 dan selanjutnya dicetak.
Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam yang terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat. Setelah fase dalam jadi kemudian ditambahkan fase luar yang terdiri dari penghancur luar, lubrikan dan glidan. Fase dalam dan fase luar dicampurkan menjadi satu dalam kantong plastik baru kemudian dicetak.

Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu uji granul. Uji grarnul yang dilakukan yaitu :
1. Kadar air
Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 1,35 % (granul ideal memiliki kadar air 2-5%), karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang kami hasilkan menjadi rapuh.
2. Sifat alir
Granul yang kami hasilkan memiliki laju alir 5,458 gram/detik, bila dilihat dari parameter yang ada maka granul ini dapat dogolongkan ke dalam kategori baik yaitu berada di antara range 4 – 10 %.
3. Sudut henti
Granul yang kami hasilkan memiliki sudut henti 31,1°. Bila dilihat dari parameter sudut henti yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup baik yaitu berada di antara range 30 o – 40 o.
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas dari granul yang kami hasilkan 21,765 %. Bila dilihat dari parameter kompresibilitas yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup yaitu berada di antara range 19 % – 33 %. Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.
Setelah mengalami proses pencetakan, tablet yang telah dicetak dilakukan evaluasi yang meliputi : uji dari penampilan tablet (bentuk, warna, permukaan dan cetakan); ukuran dan ketebalan; waktu hancur; keseragaman bobot dan friabilitas atau kerapuhannya dengan masing-masing alat penguji. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Penampilan
a. Bentuk : Tablet bundar
b. Warna : Putih kekuningan
c. Permukaan: Rata dan licin
d. Cetakan : Garis tengah patah
Warna putih kekuningan pada tablet disebabkan karena bahan aktif pada formula merupakan stok lama yang ada di laboratorium yang warnanya sudah sedikit berubah dari warna yang baru.
2. Diameter, ukuran dan ketebalan (keseragaman ukuran)
Diuji dengan menggunakan 20 tablet dan hasilnya rata-rata sama memiliki diameter 0.92 mm dan tebal 0.51 mm. Tablet yang dihasilkan memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI 3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.
3. Waktu hancur
Waktu hancur tablet yang dihasilkan yaitu 1,1 menit. Pada uji ini tablet memenuhi syarat uji waktu hancur pada FI 3 yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit.
4. Keregasan (Friabilitas)
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet Antalgin yang dihasilkan dalam praktikum adalah 22,22 %. Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas yang seharusnya < 1%. Akibatnya tablet yang dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena kurangnya kadar air pada granul.
5. Keseragaman bobot
Diuji dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata dihasilkan pada praktikum ini adalah 0,473 gram. Tablet yang dihasilkan telah memenuhi standard keragaman bobot yang ditetapkan FI 3.

Kendala yang dihadapi selama praktikum pembuatan tablet adalah :
a. Bahan aktif yang kami gunakan merupakan bahan persediaan lama yang warnanya sudah sedikit berubah. Hal ini menyebabkan warna tablet yang dihasilkan kurang bagus.
b. Alat pencetak tablet yang kurang mendukung (sedikit rusak) sehingga mempengaruhi hasil cetakan tablet dan pada saat evaluasi tablet seperti kekerasan, waktu hancur, dan keregasan.
c. Penggunaan alat pencetak yang sama untuk sediaan tablet yang berbeda zat aktifnya sehingga memyebabkan terkontaminasinya tablet yang dibuat dengan sediaan tablet yang lain.

BAB VI
KESIMPULAN

Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji penampilan, uji keseragaman ukuran, uji disintegrasi, dan uji keseragaman bobot. Namun masih terdapat kekurangan pada uji friabilitas, yaitu tablet kami rapuh. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka friability.























DAFTAR PUTAKA

1. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.
2. tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta; Elex Media Komputindo.
3. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.
4. Taketomo, Carol K.Pediatric Dosage Handbook.Ed VIII.2001.USA; American Pharmaceutical Association.
5. Sulistiawati, Farida dan Nelly Suryani.Buku Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Padat Laboratorium Farmasi.2007. Jakarta;UIN Press.