Kasus Farmakoterapi
Seorang wanita RM berusia 76 th didiagnosa diabetes dan hipertensi. Tekanan darahnya, sistolik 140 – 200 mmHg dan diatole 70-104 mmHg. Body mass index (BMI) 32. Obat yang dia minum sbb:
. metoprolol XL 50 mg twice a day
• triamterene 37.5 mg/ HCTZ 25 mg once a day
• furosemide 40 mg once a day
• olmesarten 20 mg every bedtime
• metformin 1 gram twice a day
• clonidine 0.2 mg 4 times a day and as needed
• aspirin 81 mg once a day
• clopidogrel 75 mg once a day
• ezetimibe 10 mg/simvastatin 40 mg once a day
Walaupun minum obat2an tersebut , tekanan darahnya tetap meningkat
Kadar gula darah sewaktu setelah diukur; antara 130 dan 186 mg/dl. Dia mengeluh sering merasa pusing
Pertanyaan:
1. Jelaskan rasionalitas pengobatan pada pasien tersebut
2. Bagaimana farmakoterapi untuk pasien tersebut
3. Informasi apa saja yang diberikan pada pasien
Anamnese :
Tekanan darah : masuk ke dalam kategori hipertensi
Normal : Sistole 110 – 130 mmHg
Diastole 70 – 100 mmHg
Berat Badan : masuk ke dalam kategori obesitas
Normal BMI : < 25
Standar kadar gula darah :
Sewaktu : 100 – 200 mg/dL
Puasa : 70 – 120
Obat – obatan :
• metoprolol : untuk obat hipertensi golongan β bloker
• triamterene : obat hipertensi
• HCTZ : obat hipertensi
• furosemide : untuk obat diuretika
• olmesarten : obat hipertensi gol Aniotensin II receptor blocker
• metformin : obat diabetes (berupa hormon)
• clonidine : antihiperttensi
• aspirin : analgetika
• clopidogrel : antihipertensi
• ezetimibe : penghambat absorbsi kolesterol
• Simvastatin : menurunkan kadar LDL dan kolesterol total dalam darah
Rasionalitas pengobatan pada pasien tersebut : dari segi pengobatan hipertensi menurut saya kurang rasional karena terdapat 4 jenis obat hipertensi dalam pengobatan tersebut. Yang seharusnya hanya dapat digunakan 2 jenis pengobatan tetapi bersinergi sehingga dapat bekerja lebih optimal.
Kemudian mengapa tekanan darahnya tetap naik menurut saya hal ini disebabkan karena pasien telah mengalami resistensi terhadap obat – obat tersebut. Alternatif pengobatan yang dapat dianjurkan menurut saya adalah mengganti obat jenis lain seperti obat-obatan golongan ACE inhibitor yang pada terapi ini belum pernah digunakan. Selain hal tersebut, maka penting juga untuk melakukan terapi nonfarmakologi yaitu memperbaiki pola hidup, yang mungkin sebelumnya pola hidupnya kurang sehat. Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan dengan kadar garam yang rendah, kurangi makanan pencetus hipertensi, jangan konsumsi alkohol, rokok, stress dll.
Lalu untuk menurunkan BMI- nya maka obat obatan seperti ezetimibe atau simvastatin harus tetap digunakan karena tingkat obesitas turut mendukung hipertensi.
Kemudian untuk kasus keluhan merasa sering pusing adalah dapat diakibatkan karena tingginya tekanan darah. Maka obat analgetiknya (Aspirin) akan tetap diperlukan sewaktu-waktu ketika merasa pusing akibat hipertensi.
Sedangkan untuk obat diabetes bisa pake glibenclamide.
Info yang dapat diberikan :
Pasien harus diberikan terapi obat hipertensi kombinasi agar obat yang diberikan dalam dosis kecil namun berkhasiat maksimal.
Pasien tersebut harus tetap pake obat diabetesnya agar kadar gula darah tetap terkontrol.
Pasien masih dapat menggunakan aspirin ketika menderita keluhan pusing. Keluhan pusing ini diduga karena tingginya tekanan darah. (Ketika tekanan darah terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka terasa pusing).
Obat - obat penurun LDL dan kolesterol juga harus tetap dikonsumsi karena BMI pasien masih tinggi (kategori obesitas). Faktor kegemukan juga mempengaruhi tekanan darah tinggi.
Terapi non farmakologi harus tetap dilakukan yaitu :
1. Mengonsumsi makanan dengan kadar karbohidrat rendah (menurunkan kadar gula dalam darah)
2. Mengonsumsi makanan dengan kadar garam rendah (menurunkan kadar Na dalam darah)
3. Tidak mengkonsumsi alkohol
4. Tidak mengkonsumsi rokok
5. Olahraga yang cukup
6. Jaga Emosi (Jangan stress)
Semoga membantu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar