Minggu, 11 Juli 2010

salep mata steril kloramfenikol

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang



1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan salep mata serta membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan steril mata.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi salap mata
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000) hal 110.Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12).
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. (Goeswin Agus, Sediaan Farmasi Steril)
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda syarat salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh
(Ansel,1989) hal 562

2. Keuntungan dan Kelemahan
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak. (ANSEL, Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi)
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).


3. Bahan – bahan membuatan salep mata
Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salap mata berbentuk larutan atau serbuk halus. Salap mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata . Wadah (kontener) untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan serta harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada penggunaan pertama obat.
Dasar salap mata yang dipilih tidak mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat memperthankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (usia) guna. Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salap dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan seperti ini memungkinkan dispersi oabt larut secara lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Zat obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep, apakah dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai ukuran mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai penggiling.
Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril. Tube – tube ini khas kecil, yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat yang biasa dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata. (ANSEL, Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi)
4. Tabel beberapa komposisi beberapa salap mata dalam farmakope
Nama Bahan - bahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pasrafin liquides 10 20 425 72 25 225 30 10 35 35 10 30 40 40
Vaselin Albuin - - 565 - 70 63 60 80 65 65 80 60 51 60
Vaselin Flaver 80 80 - 7 - - - - - - - - - -
Parafin Solidim - - - 168 - - - - - - - - - -
Adeps Lanae 10 - - - 5 45 7 10 10 10 10 7 6 -
Alkohol lanae - - - - - - - - - - - - - -
Kolesterol - - - 42 - - - - - - - - - -
Alkohol setilikum - - 1 - - - 3 - - - - 28 25 -
Aqua destilata - - - - - 10 - - - - - - - -

Keterangan :

1. BP 1980
2. pH Nordik 1963
3. AB DDR 1975
4. Oe AB 1960
5. Ph Hung 1969
6. Ph Hung 1969
7. Ph Belg V 1962
8. Ph Itali VII 1965
9. Ph Helv 1971
10. Ph Helv 1971
11. Ph Bohem III 1970
12. PH Swiss 1966
13. FNA Ned 1976
14. DAC 1979

5. Uji Salep Mata
1. Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang boleh digunakan bertujuan untuk :
Meningkatkan satbilitas dan kegunaan (kecuali jika dilarang)
Tidak boleh mempengaruhi efek terapi atau respons pada penetapan kadar dan pengujian spesifik
Tidak boleh ditambahkan zat warna untuk pewarnaan sediaan akhir
Pada penambahan pengawet untuk sediaan multiguna perlu dialakukan :
- Uji akjtivitas pengawet antimikroba
- Kandungan zat aktif mikroba
- Sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan kompendia
- Uji sterilitas
2. Kemasan
Wadah dan penutup wadah salap mata tidak boleh berinteraksi, baik secara kimia maupun fisika dengan sediaan salap
3. Partikel logam
Lakukan pengujian penetapan partikel logam dalam salap mata.
4. Kebocoran
Dipilih 10 tube salap mat, lalu permukaan tiap tube dibersihkan dan dikeringkan dengan kain penyerap
Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven pada suhu 60oC ± 30oC selama 8 jam
Tidak boleh terjadi kobocoran pada suatu tube, maka tidak boleh lebih dari 1 tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salap lagi.
Pengujian memenuhi syarat jika :
Tidak satu pun kobocoran di anatar 10 tube uji pertama, atau kobocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
(Goeswin Agus, Sediaan Farmasi Steril)


BAB II
PRAFORMULASI
II. 1 Tinjauan Pustaka
ZAT AKTIF
Bahan aktif
Kloramfenikol
Sifat kimia
 Sinonim : Chloramphenicol
 Rumus Molekul










 Rumus kimia : C11H12Cl2N2O5
 Berat molekul : 323,13
 pH :

Pemerian
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;putih sampai putih kelabu atau putih kekuning-kuningan; tidak bebrbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap

Kemurniaan Bahan Aktif
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Sifat Larutan
Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Sifat Fisika
Suhu lebur : 86o – 92oC

Dosis
 Untuk bayi prematur dan abyi genap bulan sampai umur 2 minggu
Dosis lazim : sekali (1xp) = 6 mg/kgBB, sehari (1xhp) = 24 mg/kgBB
Keterangan : Dosis dihitung sebgai kloramfenikol, dosis diatur agar kadar dalam darah antra 10 µg – 20 µg.
 Anak
Dosis lazim : sekali (1xp) = sehari (1xhp) = 25 – 50 mg/kgBB
Keterangan : Dalam dosis 3 bagian
 Dewasa
 Dosis Lazim : sekali (1xp) = 250 – 500 mg, sehari (1xhp) = 1 – 2 gram
 Salep mata 1 %
 Obat tetes mata 0,5 %
 Salep kulit 2 %
 Obat tetes telinga 1-5 %


Etiket : 1. Komposisi kloramfenikol
2.Daluwarsa
Wadah Penyimpanan
Botol tutup gelap dari cahaya

Farmakologi
Indikasi
Tifus, Paratifus, Infeksi berat disebabkan Salmonella sp, H.Influenza, Rickttsia, Klamidia (untuk sediaan oral). Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif.


Efek Samping
Disakaria darah terutama anemia aaplastika, mual, muntah, diare, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut,sindrom abu – abu pada bayi baru lahir / prematur

Perhatian!
Hati – hati untuk penderita gangguan ginjal, bayi prematur & baru lahir, untuk terapi berjangka, lakukan pemeriksaan hematologik

Interaksi Obat
Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransformasi tolbutamid, fenitoin, dikumarol dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Interaksi obat dengan Penobarbital dan rifampisisn akan memperpendek waktu paruh dari kloramfenikol

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol gangguan fungsi ginjal dan hati, influenza, batuk, demam dan infeksi.








ZAT TAMBAHAN
1. Cetyl Alkohol
Rumus molekul : C16H34O
Rumus bangun :




BM : 242,44
Pemerian : bahan dari lilin, serpih putih, granul,kotak, sedikit bau
danrasa sedikit lunak

Kelarutan :Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, dapat meningkatkan kelarutan dengan penignkatan suhu, praktis tidak larut dalam air.
Titik peleburan : 45 – 52 oC
Penggunaan : Coating agent, emulsifying agent, stiffening agent.
Konsentrasi penggunaan : Emollient 2-5%, Emulsifying agent 2 – 5 %, stiffening
agent 2 – 10% dan water absorption 5%
2. Vaselin Kuning
Pemerian : Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah;
berfluoresensi sangat lemah walaupun setelah melebur,
dalam lapisan tipis transparan, tidak atau hampir tidak
berbau dan berasa
Kelarutan :Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam miny terpentin; larut dalam eter, dalam heksana, dan
umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.
Penggunaan :Sebagai basis hidrokarbon

3. Paraffin Cair
Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah.
Pemerian : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak.
Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak.
Penggunaan : Basis salep hidrofilik
Konsentrasi penggunaan : Ophthalmic ointments : 3 – 60%, Topical ointments 0,1 – 95 %

4. Adeps Lanae
Lanolin adalah zat serupa lemak yang dimurnikan diperoleh dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%.Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. Penambahan air dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan.
Pemerian : massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dalam kloroform.
Jarak lebur : antara 38 o dan 44 o.
Inkompatibilitas : Lanolin mungkin mengandung prooxidant yg bisa
mempengaruhi zat aktif tertentu
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu
Kamar terkendali.
















TABEL I
SPESIFIKASI DAN SYARAT SEDIAAN YANG DIINGINKAN

Nama Produk Klolamikan
Bentuk Sediaan Salep mata
Bahan aktif Kloramfenikol
Kemasan Tube yang tertutup rapat
Pemeriksaan Spesifikasi Syarat
Warna putih -
Rasa - -
Bentuk Salep mata -
Kelarutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. -
Kadar bahan aktif Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
-
Homogenitas Tercampur zat aktif dengan basis Homogen zat katif dengan basis (tercampur sempurna)
Kemasan dan penandaan Oleskan dan untuk pemakaian luar Untuk pemakaian luar
Ukuran kemasan 10 gram 10 gram


TABEL II

RANGKUMAN HASIL KAJIAN PRAFORMULASI


MASALAH ALTERNATIF
PEMECAHAN REKOMENDASI KEPUTUSAN ALASAN
Mata mengalami infeksi dibutuhkan sediaan kloramfenikol yang cepat dalam mengobati infeksi Diperlukan sediaan yang mengobati mata kontak lebih lama dengan mata Obat tetes mata
Salep mata Obat Salep mata karena diinginkan sediaan yang Karena diinginkan sediaan yang lama kontak di mata dan daya biovaibilitasnya besar pada mata
Sediaan salep lebih salep stabil dan dapat membantu mengabsorpsi kloramfenikol Diperlukan basis agar membuat sediaan salep lebih stabil dan bila perlu dikombinasikan Vaselin album
Paraffin
Adepslane






Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen
=obat keras
=Obat bebas terbatas

=Obat bebas

Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis



TABEL III

RANCANGAN METODE DAN FORMULA

No
Komponen / Fungsi Bahan Nama Bahan
Rencana Pemakaian Bahan



DL % Pakai
1 tube (10 gram)

1
Zat Aktif Kloramfenikol 1% 1%
1` gram

2
Adeps Lanae 6% 0,891 gram
3
Basis Paraffin cair 40% 5,94 gram
4
Setil Alkohol 2,5% 0,371 gram
5

Basis Vaselin Album
Add 10 gram 2,8 gram


BAB III
METODE PRAKTIKUM


Sediaan Salap Mata Kloramfenikol
1. Data Zat Aktif
No Nama Obat Dosis Lazim Kelarutan Jenis Sterilisasi Khasiat
1 Kloramfenikol Salep mata 1% Larut dalam 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol dan 97% dan tidak lebih dari 103 % C11H12Cl2N2O5 Pemanasan kering Antibiotikum

2. Standar Fornas
Chloramphenicoli oculentum
Salep mata Kloramfenikol
Komposisi Tiap g mengandung
Chloramphenicolum 10 mg
Oculentum simplex hingga 1 g
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat atau dalam tube
Dosis 2 sampai 3 kali sehari dioleskan
Catatan .
1. Oculentum simplex terdiri dari : 2,5 g setilalkohol, 6 g Lemak Bulu Domba, 40 g Paraffin cair dan vaselin kuning hingga 100 g. Disterilkan dengan cara sterilisasi D
2. Dibuat dengan cara tekhnik aseptik
3. Pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa

Keterangan : Cara Sterilisasi D (FI III, Hal 18), pemanasan kering
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 1500C selama 1 jam. Jika volume tiap wadah mencapai suhu 1500, wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik.

3. Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT)

4. Usul Penyempurnaan Sediaan

5. Alat dan Cara Sterilisasinya

Sterilisasi Sediaan salap mata dengan sterilisasi aseptis, pemanasan kering


No. Nama Alat Jumlah Cara sterilisasi Waktu
1. Erlenmeyer 2 Oven 170oC 30 menit
2. Beaker glass 2 Oven 170oC 30 menit
3 Kaca arloji 4 Oven 170oC 30 menit
4 Botol infus 1 Oven 170oC 30 menit
5. Batang pengaduk 1 Oven 170oC 30 menit
6. Pinset 1 Oven 170oC 30 menit
7. Spatula 1 Oven 170oC 30 menit
8. Gelas ukur 1 Autoklaf 115oC 30 menit
9. Corong 1 Autoklaf 115oC 30 menit
10. Kertas saring 2 Autoklaf 115oC 30 menit
11. Tutup karet infus 1 Autoklaf 115oC 30 menit
12 Botol Infus 1 Oven 170oC 30 enit


6. Formula akhir

R/ Kloramfenikol 1%
Setil alkohol 2,5%
Adeps lanae 6 %
Paraffin cair 40 %
Vaselin kuning add 10 gram

7. Penimbangan Bahan
Kloramfenikol = 1% x 10 gram = 1 gram
Basis = 100% - % zat aktif
100% - 1%
= 99% x 10 gram = 9,9 gram
= 9,9 gram x 50% = 4,95 gram
= 9,9 gram + 4,95 gram = 14,85 gram
Setil alkohol = 2,5 % x 14,85 gram 0,371 gram
Adeps lanae = 6 % x 14,85 gram = 0,891gram
Paraffin cair = 40% x 14,85 gram = 5,94 gram
Vaselin album = 9,9 – (0,371 + 0,891 + 5,94) gram
= 10 gram – 7,202
= 2,8 gram

8. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan pada pembuatan salep mata kloramfenikol
2. Menimbang zat aktif (kloramfenikol),
3. Melapisi atas cawan penguap dengan 2 lembar kain kasa untuk menimbang basis salep (vaselin kuning, paraffin cair dan Adeps Lanae) di timbangan analitycal balance, setiap mengganti menimbang harus menara dahulu timbangan analitycal balance.
4. Mensterilkan alat – alat praktikum ke dalam oven dengan suhu oC selama
5. Menstrilkan basis dengan memasukkan basis ke dalam oven selama suhu oC selama 30 menit sehingga basis dapat melebur
6. Menstrilkan kloramfenikol (dispensasi dianggap steril)
7. Memasukkan alat – alat praktikum, zat aktif dan basis ke dalam ruangan white area
8. Memeras basis yang telah melebur yang telah dilapisi kain kasa.
9. Menimbang kembali basis
10. Memasukkan basis ke dalam lumpang kemudian menggerus basis
11. Masukkan zat aktif gerus sampai homogen
12. Masukkan sediaan salep pada tube
13. Memberi etiket


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN EVALUASI
Salep yang didapatkan adalah
A. Evaluasi Fisik
1. Homogenitas (FI III, hal 33)
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.
Pada salep mata setelah dilakukan uji homogenitas terlihat partikelnya homogen pada kaca objek
2. Konsistensi, dengan penetrometer
Tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Konsistensi/rheologi dipengaruhi suhu. Sediaan non Newtonian dipengaruhi oleh waktu istirahat, oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan identik.

2. Bau dan warna: untuk melihat terjadinya perubahan fasa.
Bau : Tidak tercium bau tengik dan seminggu kemudian bau salep mata tidak berubah
3. pH: berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.

5. Isi Minimum (FI IV, hal 997) <861>
Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto yang tertera pada etiket. Berkaitan tidak langsung dengan dosis atau jumlah zat aktif dalam basis.
6. Pengujian difusi bahan aktif dari sediaan salep (Tugas Akhir Sriningsih, Kecepatan Difusi Kloramfenikol Dari Sediaan Salep)
(Jika dipersyaratkan dalam monografi/pustaka sediaan)
Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan salep menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu.
Prosedur :
• Sejumlah salep dioleskan pada pelat difusi sampai rata, ditutup dengan membran, diusahakan tidak terjadi rongga udara, antara permukaan salep dan membran
• Pelat dipasang pada penyangga bawah dan ditutup dengan cincin, kemudian dihubungkan dengan penyangga atas.
• Sel difusi dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 37oC, dihubungkan dengan pompa peristaltic, wadah penerima dan tabung pencegah masuknya udara dengan memakai selang
• Cairan penerima disirkulasikan dengan kecepatan 10mL per menit memakai pompa peristaktik
• Cairan penerima dipipet pada waktu-waktu tertentu dan diganti dengan cairan yang sama bersuhu 37oC
• Kadar zat aktif ditentukan dengan metode yang sesuai.
Pada uji tidak dilakukan
B. Evaluasi Kimia
 Identifikasi zat aktif
 Penetapan kadar zat aktif.
Pada uji ini tidak dilakukan
C. Evaluasi Biologi
 Uji penetapan potensi antibiotik (FI IV, hal 891-899) <131>
 Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.
Pada uji ini tidak dilakukan


BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi steril kali ini membuat salep mata kloramfenikol, salep mata merupakan sediaan salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi syarat uji sterilitas. Keuntungan salep mata penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam.
Salep mata kloramfenikol digunakan sebagai mengatasi infeksi pada mata dan dosis yang diberikan adalah 1%. Formulasi salep mata mengikuti formulasi pada fornas dengan memodifikasi sesuai dengan jumlah salep yang akan kita buat. Pada penimbangan basis pada chawan penguap harus dilapisi dengan kain kasa 2 lapis dan penimbangan dilebihkan 50% karena setelah strilisasi di oven selama 30 menit dengan suhu oCdan kemudian diperas kain kasanya takut sebagian basis menempel pada kain kasa sehingga penimbangan basis dilebihkan 50%.
Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir yaitu strilisasi dilakukan lebih awal.
Setelah alat – alat yang digunakan praktikum disterilisasi, basis salep distrilisasi dan zat aktif disterilisasi maka selanjutnya pengerjaan steril dilakukan pada white area. Basis yang terdapat pada lapisan kain kasa di chawan penguap diperas dan setelah itu ditimbang untuk mengetahui apakah jumlah basis yang hilang tidak menggangu perhitungan jumlah basis sebelumnya. Basis dimasukkan lebih dahulu di lumpang dan digerus homogen kemudian dimasukkan zat aktif ke dalam lumpang dan setelah itu digerus sampai homogen. Sediaan salep yang telah jadi dimasukkan ke dalam tube dengan cara memilit sediaan salep pada kertas dan dimasukkan pada tube dan setelah itu diberi etiket.


DAFTAR PUSTAKA

1) Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta.
2) Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta.
3) Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical Press, London. 1982.
4) LACHMAN, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1989.
5) ANSEL, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),1989.
6) ISO Indonesia. Jakarta: PT Anem Kosong Anem (AKA), 1979.
7) MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Infomaster.
8) Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB.
9) Sulistiawati, Farida, 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta



























LAMPIRAN




Klolamikan
Tiap gram mengandung :
Kloramfenikol............... 25 mg

REG : DKL1216101989A2
BATCH : 1234STR Netto : 3,5 gram
Exp date : April 2011 Syahid Pharmaceutical

1 komentar:

  1. tau g kenapa di pakai klorampfenikol 2% dalam pada pembuatan sedian salep mata???

    BalasHapus