BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah
Dapat melaksanaan praktikum teknologi sediaan steril dalam bentuk sediaan tetes mata.
Dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan tetes mata.
Dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen sediaan, proses pembuatan dan evaluasi sediaan tetes mata.
Dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi tetes mata dari hasil pengkajian praformulasi
Dapat melaksanakan pembuatan sediaan tetes mata.
Dapat melaksanakan evaluasi sediaan tetes mata.
Dapat membuat sediaan tetes mata yang memenuhi syarat resmi
I.2. Tujuan Formulasi Sediaan
Formulasi sediaan disusun berdasarkan zat aktif yang digunakan, sehingga perlu diperhatikan ada atau tidaknya interaksi yang terjadi dengan zat tambahan yang digunakan agar obat/sediaan dapat digunakan secara efektif dan dapat memenuhi syarat-syarat resmi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. (FI III hal. 10)
Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Teks Book of Pharmaceutics : 358
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan;
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum (Scoville’s : 211)
Obat tetes mata yang baik seharusnya memiliki sifat sebagai berikut :
1. Steril
2. Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan sterilitas;
3. Bebas dari partikel yang tersuspensi;
4. Bahan-bahan yang akurat;
5. Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
6. Dibuffer sebagaimana mestinya;
7. Dimasukkan dalam wadah yang steril;
8. Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis
Keuntungan Tetes Mata
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan (AMA Drugs : 1624)
Kerugian Tetes Mata
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. (RPS 18 th : 1585)
Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. (DOM King : 142)
Karakteristik Sediaan Mata
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. (RPS 18th : 1589)
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Untuk menjaga stabilitas bahan aktif maka pH sediaan disesuaikan dengan pH kestabilan bahan aktif.
Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini.
Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika tonisitasnya sama denganlarutan NaCl 0,9%.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial.
Mengapa Tetes Mata Harus Steril
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya. (SDF : 357-358)
pH Sediaan Mata
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1)volume kecil larutan,(2)buffer cairan mata, dan(3)peningkatan produksi air mata.(Parrot : 223)
Pewadahan
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan (Scoville’s : 247)
Komposisi Tetes Mata
Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan untuk mempertahankan potensi dan mencegah peruraian. (DOP Cooper : 184) Bahan tambahan itu meliputi :
1. Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil etil alcohol dan benzalkonium klorida.
2. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui dengan larutan tetes mata.
3. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa kasus termasuk bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini.
4. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah digambarkan. Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
5. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam larutan digunakan bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks organik, akan memberikan perlindungan. Na2EDTA, satu yang paling dikenal sebagai pengkhelat.
6. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada larutan mata dengan tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan ini.
BAB III
PRAFORMULASI
1. Gentamisin SO4
( Martindale, hal.1166 )
Pemerian : Serbuk putih sampai dengan kuning
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, kloroform, eter dan dalam benzene.
pH : 6,5 – 7,5 (untuk tetes mata) Martindale Hal 1673
Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas.
OTT : incompatible dengan amfoterisin, setalosponn, eritromisin, heparin, penisilin, Na Bikarbonat, sulfadiazine Na. ketika Gentamisin diberikan bersamaan dengan karbenzilin/penisilin lainnya, administrasinya pada posisi yang berbeda disarankan.
Stabilitas : Stabil pada suhu 25oC selama 7 hari.
Khasiat : Antibakteri, Konjungtivitis, blefaritis, keratitis, keratokonjungtivitis, meibomitis, dakriosititis.
Konsentrasi : 0,3 %
Sterilitas : filtrasi
Dosis : Tetess Mata 0,3% : 4-6 dd 1-2 tetes (Obat-obat penting hal 74)
Pemerian :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.
OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.
Konsentrasi : dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%, biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.
Kegunaan : pengawet, antimikroba.
Sterilisasi : autoklaf
Ph : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
2. Benzalkonium Klorida
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal.27)
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan dapat berupa gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau aromatis dan rasa sangat pahit.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.
OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.
Konsentrasi : dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%, biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.
Kegunaan : pengawet, antimikroba.
Sterilisasi : autoklaf
Ph : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
3. Natrium Edetat
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient hal 178)
Pemerian : Serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa asam
Kelarutan : Larut dalam air (1:11), Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol (95%)
pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2
Kegunaan : Untuk mencegah kontaminasi dengan logam
Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembaban
OTT : dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA merupakan asam lemah dan bereaksi dengan logam membentuk hidrogen.
Sterilisasi : autoklaf
Penyimpanan : harus disimpan diwadah bebas alkali, tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering.
Konsentrasi : 0,005-0,1% w/w sebagai chelating agent
Kegunaan : sebagai chelating agent
4. Sodium metabisulfit
(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 451)
Pemerian : Tidak berwarna, berupa kristal prisma atau serbuk kristal putih hingga putih kecoklatan yang berbau sulfur dioksida dan asam.
Kelarutan : Agak mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam gliserin, dan sangat mudah larut dalam air.
Kegunaan : Antioksidan
Konsentrasi : 0,01 – 1,0 %
pH : 3,5 – 5,0
Stabilitas : Teroksidasi secara perlahan dalam udara panas dan lembab
Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering
OTT : derivat alkohol, kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat
Sterilisasi : Otoklaf
Ekivalensi : 0,7
Zat Δ Tf 1% Konsentrasi Δ Tf x Konsentrasi
Gentamisin SO4 - - 0,0151
Benzalkonium Cl 0,09 0,01 0,0009
Na EDTA 0,13 0,02 0,0026
Na metabisulfit 0,38 0,05 0,019
Na2HPO4 0,24 0,128 0,0672
KH2PO4 0,25 0,136 0,034
Δ Tf 0,1388°
BAB IV
FORMULASI
Formula
Gentamisin Sulfat 0,3 %
NaCl 0.659 %
Benzalkonium Klorida 0,01 %
Na Metabisulfit 0,05 %
Na EDTA 0,02 %
Na2HPO4 0,128
KH2PO4 0,136
Perhitungan Bahan
• Gentamisin SO4
590 µg gentamisin setara dengan 1 mg gentamisin SO4
1 x 30 = 50,8 mg
0,59
• Dapar (digunakan dapar fosfat)
ß = 0,01
dik :
Dapar fosfat pH = 6-8,2
pKa 1 = 7,21
ka = - log pKa
Ka = 6,2 . 10 -8
pKa 2 = 7,21
pKa 3 = 12,67
pH = 7 [ H+ ] = 10-7
BM Na2HPO4 = 141,96
BM KH2PO4 = 136,09
Dit :
C HPO4?
C NaH2PO4 ?
HPO4 = asam, NaH2PO4 = garam
Jawab :
Pers. 1 pH = pKa + log [G]
[A]
7 = 7,21 + log [G]
[A]
log [G] = - 0,21
[A]
[G] = 0,62 M
[A]
[G] = 0,62 M [A]
Pers. 2 ß = 2,3 C . Ka . [H3O+]
{Ka + [H3O+]}2
0,01 = 2,3C. 6,2 . 10 -8 x 10-7
[6,2 . 10 -8. 10-7]2
0,01 = 2,3C . 2,37.10-1
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + 0,62 [A]
[A] = 0,01 M
[G] = 0,008 M
Berat Asam
M = gr x 1000
Mr V
Gr = M . Mr . V
1000
gr = 0,01 x 136,09 x 10
1000
= 0,0136 gr
BA = 13,6 mg
Berat Garam
BG = 0,008 x 141,96 x 10
1000
BG = 0,0114 gr
BG = 11,4 mg
Menghitung Isotonisitas
ΔTf = Liso x Berat x 1000
BM x V
ΔTf = 2 x 50,8
673,59 x 10
ΔTf = 2 x 50,8
6735,9
ΔTf = 0,0151°
Konversi Na2HPO4 anhidrat ke Na2HPO4 dihidrat
% = BM Na2HPO4 dihidrat x % Na2HPO4 anhidrat
BM Na2HPO4 anhidrat
= 159,96 x 0,114 %
141,96
= 0,128 %
Data Tf dalam 1%
Zat Δ Tf 1% Konsentrasi Δ Tf x Konsentrasi
Gentamisin SO4 - - 0,0151
Benzalkonium Cl 0,09 0,01 0,0009
Na EDTA 0,13 0,02 0,0026
Na metabisulfit 0,38 0,05 0,019
Na2HPO4 0,24 0,128 0,0672
KH2PO4 0,25 0,136 0,034
Δ Tf 0,1388°
Δ Tf Isotonis = 0,52
Δ Tf yang harus ditambahkan
0,52 – 0,1388 = 0,3812°
Jadi 0,3812 x 0,9% = 0,659 % = 0,659 gr/100 ml
0,52
Penimbangan bahan
Gentamisin SO4 50,8 mg x 2 = 101,6 mg
Benzalkonium Florida 0,01 x 20 ml = 2 mg
100
Na EDTA 0,02% x 20 ml = 4 mg
NaCl 0,659% x 20 ml = 0,1318 gr = 131,8 mg
Na Metabisulfit 0,05% x 20 ml = 0,01 gr = 10 mg
Na2HPO4 anhidrat 0,114% x 20 ml = 0,0228 gr = 22,8 mg
KH2PO4 0,136% x 20 ml = 0,0272 gr = 27,2 mg
Cara Pembuatan :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Kalibrasi botol sebanyak 10 ml. dan lakukan
3. Kalibrasi alat untuk mencukupkan ad 20 ml.
4. Timbang semua bahan yang digunakan.
5. Dilarutkan bahan-bahan yang digunakan satu persatu. Terlebih dahulu dilarutkan bahan aktif dengan API. Kemudian bahan pendapar dilarutkan dengan API lalu dilanjutkan dengan melarutkan NaCl, Na EDTA, Na metabisulfat dan benzalkonium klorida.
6. Dimasukkan semua bahan yang sudah dilarutkan ke dalam gelas ukur sampai volume 17 ml. (intermediate add) Lalu di cek pH nya.
7. Lalu diadkan sampai 20 ml. Larutan kemudian di saring dengan kertas saring yang sudah disiapkan dan dibasahi.
8. Lalu larutan dimasukkan kedalam botol plastik yang sudah dikalibrasi. Tutup botol.
9. Lakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit. Lalu beri etiket dan lakukan evaluasi.
BAB V
EVALUASI
Hasil Pengamatan :
Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil praktikum, diperoleh data sediaan berupa larutan yang homogen, jernih, tidak berbusa dan tidak berwarna.
Evaluasi :
1. Evaluasi terhadap kelarutan sediaan akhir.
Larutan yang dihasilkan larut dengan homongen ditandai dengan tidak adanya pertikel-partikel kasar pada sediaan akhir.
2. Evaluasi terhadap volume akhir.
Larutan yang ada pada sediaan ada tidak mengalami pengurangan volume setelah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115 – 116o C selama 10 menit. Volume awal sebelum disterilisasi = 10 ml dan volume akhir setelah disterilisasi = tetap 10 ml.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang dilakukan adalah pembuatan sediaan steril tetes mata dengan bahan aktif Gentamisin Sulfat. Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Tetes mata Gentamisin Sulfat yang dibuat dengan konsentrasi sebesar 0,3% ini ditujukan untuk mengobati konjungtivitis, blefaritis, keratitis, keratokonjungtivitis, meibomitis, dan dakriosititis. Gentamisin Sulfat Memiliki bentuk fisik berupa serbuk putih sampai dengan kuning dengan kelarutan : larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, kloroform, eter dan dalam benzene.
Proses pembuatannya dimulai dengan persiapan alat dan bahan, lalu dilakukan penimbangan semua bahan yang dilakukan di grey area. Juga dilakukan pengkalibrasian botol tetes mata. Bahan-bahan yang bersifat kurang halus maka digerus atau dihaluskan dahulu sebelum ditimbang. Proses pembuatan dilanjutkan di White Area. Bahan aktif Gentamisin Sulfat dilarutkan dengan API secukupnya kemudian dimasukkan ke dalam beakerglass.
Lalu bahan pendapar (Na2HPO4 dan KH2PO4) dilarutkan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan melarutkan NaCl, Na EDTA, Na metabisulfat dan benzalkonium klorida satu persatu menggunakan API dan dimasukkan beakerglass lalu dihomogenkan. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu ditambahkan API yang digunakan untuk membilas beakerglass tersebut sampai diperoleh volume 15 ml (intermediate add). Lalu dilakukan pemeriksaan pH, pada praktikum yang dilakukan diperoleh pH 7. Nilai pH ini menunjukkkan bahwa pH berada dalam rentang pH stabilitas bahan aktif (Gentamisin Sulfat) yaitu 6,5 sampai 7,5 sehingga dengan keadaan demikian tidak perlu dilakukan adjust pH. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan bahan pendapar.
Langkah berikutnya adalah larutan diadkan sampai 20 ml. Kemudian di saring dengan kertas saring yang sudah disiapkan dan dibasahi dengan API. Lalu larutan sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam botol plastik yang sudah dikalibrasi, setelah pengukuran selesai botol ditutup. Kemudian dilakukan perapihan seluruh peralatan dan dibawa ke grey area melalui passbox.
Botol sediaan kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Sediaan disterilisasi selama 10 menit (dispensasi seharusnya 30 menit) pada suhu 115-116oC. Setelah proses sterilisasi selesai lalu dilakukan penempelan etiket.
Lalu terakhir dilakukan evaluasi sediaan akhir. Langkah awal dievaluasi kelarutannya. Yaitu larutan dilihat secara langsung, yaitu dapat dinyatakan larut karena pada larutan yang terbentuk tidak terdapat partikel-partikel pada larutan dan larutan yang terbentuk adalah jernih.
Uji lain yang dilakukan adalah uji perubahan volume. Yaitu volume awal sebelum disterilisasi dengan menggunakan autoklaf dicatat kemudian volumenya dibandingkan dengan volume akhir setelah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Pada evaluasi ini larutan pada ampul sebelum dan setelah disterilisasi volumenya tetap yaitu 10 ml.
BAB VII
KESIMPULAN
• Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. (FI III hal. 10)
• Tetes mata Gentamisin Sulfat yang dibuat dengan konsentrasi sebesar 0,3% ini ditujukan untuk mengobati konjungtivitis, blefaritis, keratitis, keratokonjungtivitis, meibomitis, dan dakriosititis.
• Gentamisin Sulfat Memiliki bentuk fisik berupa serbuk putih sampai dengan kuning dengan kelarutan : larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, kloroform, eter dan dalam benzene.
• Setelah dilakukan evaluasi terhadap kelarutan sediaan akhir diketahui bahwa larutan yang dihasilkan jernih dan larut dengan homongen ditandai dengan tidak adanya pertikel-partikel kasar pada sediaan akhir.
• Setelah dilakukan evaluasi terhadap volume akhir sediaan tidak mengalami pengurangan volume setelah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115 – 116o C selama 10 menit. Volume awal sebelum disterilisasi = 20 ml dan volume akhir setelah disterilisasi = tetap 20 ml.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
2. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
3. Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing Co, USA.
4. Jenkins, G.L., (1969), Scoville’s:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA.
5. Gennaro, A.R., (1998), Remington’s Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing Co, Easton
6. Lachman, L, et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.
7. King,R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia.
8. AMA Drug Evaluation, (1995), Drug Evaluation Annual, 1995, American Medical Association, American
9. Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical Press, London. 1982.
10. ANSEL, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),1989.
11. ANIEF, Moh. Ilmu Meracik Obat, teori dan praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar